Social Icons

Pages

Monday, 26 August 2013

Menggunakan Komputer Bukan Mimpi Lagi Bagi Buta Huruf dan Tuna Netra

Sejak IBM meluncurkan PC pertama pada 1981 silam, dan dikarenakan fungsi sistem PC yang terus meningkat, ditambah lagi dengan perkembangan internet yang pesat saat ini, telah membuat peneliti secara bertahap menyelesaikan mimpi perkampungan internet. Namun, menurut data Organisasi Pendidikan UNICEF menunjukkan, bahwa diantara orang dewasa di seluruh dunia masih terdapat 800 juta orang yang buta huruf. Selain itu, Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) juga memperkirakan bahwa di seluruh dunia terdapat lebih dari 40 juta tuna netra. Bagi tuna netra dan tuna aksara, apakah menggunakan komputer dengan leluasa di dunia internet merupakan sebuah mimpi yang jauh dari kenyataan?

Memasuki perkampungan internet

Seiring dengan majunya teknologi informasi dan perkembangan multi media yang subur, sekarang, cukup melalui internet, khalayak umum bisa dengan leluasa mengumpulkan berbagai macam informasi. Agar network page-nya tampil hidup dan semangat, penuh warna, kursor pada network page-nya bukan saja mengunakan huruf, bahkan memakai sejumlah besar gambar dan animasi. Namun, bagi tuna netra, adalah sebuah hambatan besar dalam mendapatkan informasi! Misalnya: orang normal pada umumnya dapat melihat-lihat gambar sambil lalu dengan leluasa, namun, jika tidak ada tanda keterangan di network page, maka si tuna netra sama sekali tidak bisa mendapatkan informasi.
Agar tuna netra dapat dengan mudah menggunakan internet mendapatkan pelajaran dan informasi bidang lainnya, dan ikut bersama berpartipasi dalam kegiatan sosial, pemerintah negara-negara maju telah menetapkan langkah-langkah perlindungan bagi orang cacat mental dan fisik. Yakni merancang “standar pengembangan network page bebas hambatan”, menggalakkan “ruang internet bebas hambatan”, mengarahkan kalangan akademis, industriawan untuk bersama-sama membangun internet yang bisa diakses mereka, membantu para tuna netra dapat ber-internet ria dengan leluasa.
“Orang buta mengoperasikan komputer”, agar tuna netra dapat belajar komputer bukan berupa angan-angan lagi. Orang buta mengoperasikan komputer, selain sistem perangkat lunak dan keras komputer pada umumnya, masih ada satu sistem yaitu “Screen reader” (misalnya, sistem mouse khusus tuna netra, GDBRL dan sistem lain), setelah penggantian formula atau program menjadi tulisan atau huruf Braille, kemudian di output ke display kontak tulisan. Dengan demikian, maka si tuna netra dapat memahami informasi di layar melaui huruf Braille dan bunyi bahasa. Selain itu, melalui penggantian program, keyboardnya disetting menjadi standar huruf Braille, melalui huruf Braille atau tombol input biasa si tuna netra juga bisa menginput data, mengoprasionalkan komputer dan internet.
Dengan adanya bantuan sistem komputer untuk tuna netra dan latihan pendidikan yang sesuai, koordinasi dengan internet, maka si tuna netra dapat berinternet, mengirim dan menerima E-mail, dan memasuki masyarakat informatika tanpa hambatan.

Pelayan rumah tangga bagi tuna aksara

Beberapa hari yang lalu, peneliti di pusat pengembangan software dari Amerika Serikat, Inggris, China dan India berkumpul di Washington untuk mengikuti “sidang riset teknologi software” yang berlangsung setahun sekali. Peneliti India secara khusus mempertunjukkan seperangkat sistem komputer yang diperuntukkan mencari pekerjaan bagi pelayan rumah tangga tuna netra. Bagi mereka yang buta huruf, dengan adanya perangkat sistem ini, para pelayan rumah tangga tuna netra ini bisa dengan cepat mendapatkan majikan. Dengan adanya perintah melalui gambar, frekuensi video dan bunyi bahasa, ia dapat memberitahu tahu orang-orang ini tentang jenis pekerjaan, keterangan honor dan alamat kerja.
Salah satu penanggungjawab dalam penelitian perangkat ini menuturkan, bahwa satu hambatan besar dalam riset ini adalah gambar komputer jenis mana yang dapat dipahami secara jelas oleh para pelayan rumah tangga ini. Selain itu, karena orang-orang ini biasanya selalu mengingat lambang arsitektur bukannya alamat kongkret untuk mengingat posisi kawasan sosial, karena itu, peneliti lantas merancang peta interaksi yang memiliki fungsi keterangan bunyi bahasa. Peneliti terkait menandaskan, karena sebagian besar pelayan rumah tangga saat ini tidak memiliki komputer, mereka sedang merenungkan bagaimana menyebarluaskan perangkat sistem ini, misalnya mendirikan pos layanan publik di tempat umum.
Menurut laporan CBS, langkah pertama dalam mengembangkan perangkat sistem ini adalah pengadaan software, selanjutnya akan merancang lebih banyak lagi produk, agar tuna aksara dapat memperoleh manfaat baik melalui kemajuan teknologi. Seorang professor dari sebuah universitas di Amerika Rach Raddy mulai melakukan penelitian tentang bagaimana membantu tuna aksara agar bisa lebih baik mengoperasikan komputer. Menurut Raddy, hasil awal surveinya di kawasan pertanian India menunjukkan, orang-orang berangapan bahwa kebutuhan penduduk desa terhadap teknologi berbeda dengan kebutuhan riil mereka.
Raddy mengambil contoh, bila Anda memberikan satu unit telepon, sebuah mobil atau satu unit televisi kepada seorang penduduk desa, ia akan menyatakan terimakasih kepada Anda, “Tapi bila Anda mengatakan, saya akan memberimu satu unit PC, mereka sama sekali tidak mengerti apa sebenarnya yang Anda katakan,” Raddy menuturkan, bahwa justru inilah problem yang hendak diselesaikannya. Saya akan mengatakan, “ini bukan satu unit PC, tapi suatu alat yang dapat melakukan banyak hal.” Meskipun bidang ini belum mendapatkan perhatian semestinya, namun, sebagai seorang konsultan teknis perusahaan software, Raddy sangat mendukung kebijakan perusaahaan software membantu tuna aksara.
Laporan WHO menunjukkan, bahwa lebih dari 70% tuna aksara di seluruh dunia tersebar di India, China, Bangladesh dan Pakistan. Terlebih lagi dengan dana pendidikan di China yang hanya menduduki 2% dari GDP, dan berada di urutan ke-149 di antara 151 negara di dunia. Sebagian besar tuna aksara atau buta huruf terpusat di pedesaan barat China, seperti Gui Zhou, Ning Xia, Mongolia dalam dan kawasan lain, ini menunjukkan, bahwa taraf pendidikan petani di pedesaan China rendah sekali. Justru disaat para ahli dan sarjana menciptakan dan mengembangkan teknologi informasi yang baru, membantu para tuna aksara mengoperasikan komputer dengan perhatian dan kasih sayang. Diserukan kepada pemerintah-pemerintah negara besar tuna aksara tersebut agar meningkatkan anggarannya untuk pendidikan, kembalikan hak mendapatkan pendidikan petani yang semestinya, mungkin itu lebih penting dan bermanfaat dari pada memberikan petani satu unit telepon atau mobil atau televisi.