Sejak IBM meluncurkan PC pertama pada 1981 silam, dan
dikarenakan fungsi sistem PC yang terus meningkat, ditambah lagi dengan
perkembangan internet yang pesat saat ini, telah membuat peneliti
secara bertahap menyelesaikan mimpi perkampungan internet. Namun,
menurut data Organisasi Pendidikan UNICEF menunjukkan, bahwa diantara
orang dewasa di seluruh dunia masih terdapat 800 juta orang yang buta
huruf. Selain itu, Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) juga memperkirakan
bahwa di seluruh dunia terdapat lebih dari 40 juta tuna netra. Bagi tuna
netra dan tuna aksara, apakah menggunakan komputer dengan leluasa di
dunia internet merupakan sebuah mimpi yang jauh dari kenyataan?
Memasuki perkampungan internet
Seiring
dengan majunya teknologi informasi dan perkembangan multi media yang
subur, sekarang, cukup melalui internet, khalayak umum bisa dengan
leluasa mengumpulkan berbagai macam informasi. Agar network page-nya
tampil hidup dan semangat, penuh warna, kursor pada network page-nya
bukan saja mengunakan huruf, bahkan memakai sejumlah besar gambar dan
animasi. Namun, bagi tuna netra, adalah sebuah hambatan besar dalam
mendapatkan informasi! Misalnya: orang normal pada umumnya dapat
melihat-lihat gambar sambil lalu dengan leluasa, namun, jika tidak ada
tanda keterangan di network page, maka si tuna netra sama sekali tidak
bisa mendapatkan informasi.
Agar tuna netra dapat
dengan mudah menggunakan internet mendapatkan pelajaran dan informasi
bidang lainnya, dan ikut bersama berpartipasi dalam kegiatan sosial,
pemerintah negara-negara maju telah menetapkan langkah-langkah
perlindungan bagi orang cacat mental dan fisik. Yakni merancang “standar
pengembangan network page bebas hambatan”, menggalakkan “ruang internet
bebas hambatan”, mengarahkan kalangan akademis, industriawan untuk
bersama-sama membangun internet yang bisa diakses mereka, membantu para
tuna netra dapat ber-internet ria dengan leluasa.
“Orang
buta mengoperasikan komputer”, agar tuna netra dapat belajar komputer
bukan berupa angan-angan lagi. Orang buta mengoperasikan komputer,
selain sistem perangkat lunak dan keras komputer pada umumnya, masih ada
satu sistem yaitu “Screen reader” (misalnya, sistem mouse khusus tuna
netra, GDBRL dan sistem lain), setelah penggantian formula atau program
menjadi tulisan atau huruf Braille, kemudian di output ke display kontak
tulisan. Dengan demikian, maka si tuna netra dapat memahami informasi
di layar melaui huruf Braille dan bunyi bahasa. Selain itu, melalui
penggantian program, keyboardnya disetting menjadi standar huruf
Braille, melalui huruf Braille atau tombol input biasa si tuna netra
juga bisa menginput data, mengoprasionalkan komputer dan internet.
Dengan
adanya bantuan sistem komputer untuk tuna netra dan latihan pendidikan
yang sesuai, koordinasi dengan internet, maka si tuna netra dapat
berinternet, mengirim dan menerima E-mail, dan memasuki masyarakat
informatika tanpa hambatan.
Pelayan rumah tangga bagi tuna aksara
Beberapa
hari yang lalu, peneliti di pusat pengembangan software dari Amerika
Serikat, Inggris, China dan India berkumpul di Washington untuk
mengikuti “sidang riset teknologi software” yang berlangsung setahun
sekali. Peneliti India secara khusus mempertunjukkan seperangkat sistem
komputer yang diperuntukkan mencari pekerjaan bagi pelayan rumah tangga
tuna netra. Bagi mereka yang buta huruf, dengan adanya perangkat sistem
ini, para pelayan rumah tangga tuna netra ini bisa dengan cepat
mendapatkan majikan. Dengan adanya perintah melalui gambar, frekuensi
video dan bunyi bahasa, ia dapat memberitahu tahu orang-orang ini
tentang jenis pekerjaan, keterangan honor dan alamat kerja.
Salah
satu penanggungjawab dalam penelitian perangkat ini menuturkan, bahwa
satu hambatan besar dalam riset ini adalah gambar komputer jenis mana
yang dapat dipahami secara jelas oleh para pelayan rumah tangga ini.
Selain itu, karena orang-orang ini biasanya selalu mengingat lambang
arsitektur bukannya alamat kongkret untuk mengingat posisi kawasan
sosial, karena itu, peneliti lantas merancang peta interaksi yang
memiliki fungsi keterangan bunyi bahasa. Peneliti terkait menandaskan,
karena sebagian besar pelayan rumah tangga saat ini tidak memiliki
komputer, mereka sedang merenungkan bagaimana menyebarluaskan perangkat
sistem ini, misalnya mendirikan pos layanan publik di tempat umum.
Menurut
laporan CBS, langkah pertama dalam mengembangkan perangkat sistem ini
adalah pengadaan software, selanjutnya akan merancang lebih banyak lagi
produk, agar tuna aksara dapat memperoleh manfaat baik melalui kemajuan
teknologi. Seorang professor dari sebuah universitas di Amerika Rach
Raddy mulai melakukan penelitian tentang bagaimana membantu tuna aksara
agar bisa lebih baik mengoperasikan komputer. Menurut Raddy, hasil awal
surveinya di kawasan pertanian India menunjukkan, orang-orang berangapan
bahwa kebutuhan penduduk desa terhadap teknologi berbeda dengan
kebutuhan riil mereka.
Raddy mengambil contoh,
bila Anda memberikan satu unit telepon, sebuah mobil atau satu unit
televisi kepada seorang penduduk desa, ia akan menyatakan terimakasih
kepada Anda, “Tapi bila Anda mengatakan, saya akan memberimu satu unit
PC, mereka sama sekali tidak mengerti apa sebenarnya yang Anda katakan,”
Raddy menuturkan, bahwa justru inilah problem yang hendak
diselesaikannya. Saya akan mengatakan, “ini bukan satu unit PC, tapi
suatu alat yang dapat melakukan banyak hal.” Meskipun bidang ini belum
mendapatkan perhatian semestinya, namun, sebagai seorang konsultan
teknis perusahaan software, Raddy sangat mendukung kebijakan perusaahaan
software membantu tuna aksara.
Laporan WHO
menunjukkan, bahwa lebih dari 70% tuna aksara di seluruh dunia tersebar
di India, China, Bangladesh dan Pakistan. Terlebih lagi dengan dana
pendidikan di China yang hanya menduduki 2% dari GDP, dan berada di
urutan ke-149 di antara 151 negara di dunia. Sebagian besar tuna aksara
atau buta huruf terpusat di pedesaan barat China, seperti Gui Zhou, Ning
Xia, Mongolia dalam dan kawasan lain, ini menunjukkan, bahwa taraf
pendidikan petani di pedesaan China rendah sekali. Justru disaat para
ahli dan sarjana menciptakan dan mengembangkan teknologi informasi yang
baru, membantu para tuna aksara mengoperasikan komputer dengan perhatian
dan kasih sayang. Diserukan kepada pemerintah-pemerintah negara besar
tuna aksara tersebut agar meningkatkan anggarannya untuk pendidikan,
kembalikan hak mendapatkan pendidikan petani yang semestinya, mungkin
itu lebih penting dan bermanfaat dari pada memberikan petani satu unit
telepon atau mobil atau televisi.